Bandung - Matahari belum genap di sudut tertingginya. Cuaca masih cukup lembut merambat di kulit. Sejumlah unit Mercedes Benz New E-Class sudah tersusun rapi, menunggu para pencari fakta dan pembuat berita mengantar ke sebuah perjalanan singkat, Bandung kota tujuan.
Sedan yang acapkali didaulat sebagai simbol status kesuksesan seseorang itu memang kuat melekat hingga kini. Kendati banyak brand mewah lainnya yang hadir, tapi Mercedes Benz sudah kadung memengaruhi sebagian besar prasangka masyarakat.
Kami yang sedari pagi sudah mempersiapkan keikutsertaan dalam undangan E-Class Intelligent Drive, (17-18/7) inisiasi PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), mencoba menangkap pesan yang ingin disampaikan dari sosok E250 dan E300 AMG Line berstatus CKD.
Positioning Mercedes Benz
Wajahnya yang kian generasi semakin meruncing, sangat jelas ingin mengatakan bahwa anggapan “kurang greget” di sektor tenaga dibanding brand setanah kelahiran, mulai ditepis secara konsisten. Sebut saja BMW.
Kendati demikian, tidak lantas Mercedes memfokuskan pengembangannya pada peningkatan tenaga. Perbaikan tetap ada, tapi Mercy lebih melihat pada kebutuhan sejati konsumennya. Apa itu?
Untuk pengusaha sukses di level menengah, E-Class jelas diharapkan lebih menawarkan kemewahan lewat fitur-fitur yang memanjakan, dibanding kemampuan berlari kencang tapi tidak efektif ketika dihadapkan di jalan perkotaan, terutama Jakarta.
Konsekuensi ini juga bisa dilihat sebagai upaya Mercedes menempatkan dirinya berbeda dari rival. Singkat kata adalah positioning strategy.
Mewah dan Canggih Jadi Pilar
Tak ayal, Dennis A. Kadaruskan selaku Department Manager Public Relations MBDI dengan lantang menyampaikan predikat World Luxury Car 2017 oleh World Car Award masuk dalam genggaman E-Class. Inilah yang sedari rumah ingin kami buktikan dalam bentang perjalanan Jakarta-Bandung.
Masuk ke dalam kabin sebagai penumpang, desain dan teknologi mutakhir yang disajikan Mercedes menunjukkan kecakapannya meramu ruang kokpit langsung menyentuh emosi.
E-Class yang sudah memasuki generasi kesepuluh jelas telah jauh menanggalkan kesan klasiknya. Wood panel yang samar mengikat desain minimalis dasbor, serta modernitas konsol tengah dengan segala pengaturan antara paduan tombol dan touchpad.
Belum selesai sampai di situ, sintesis emosi dan kecerdasan diperkuat dari layar HD dengan panjang 31.2 cm, yang membagi tampilan dari berbagai informasi kendaraan, baik untuk dinikmati pengemudi juga penumpang.
Tidak ketinggalan, pelukan ambient light dengan pilihan 64 warna di seluruh ruangan sangat membantu dalam terapi perasan (emosi) selama berkendara. Terutama saat kami berkendara malam.
Selama perjalanan di jalur bebas hambatan, kesempatan eksplorasi fitur yang ditawarkan langsung dioptimalkan. Dalam kondisi bergairah, tampilan kluster instrumen bisa disesuaikan ke 3 rasa yang paling cocok meliputi Classic, Sport dan Progressive.
Navigasi juga bisa diatur penempatan tampilannya di kluster pengemudi, namun harus berbagi tempat dengan informasi kecepatan dan lainnya. Sementara jika di layar tengah, bisa dibuka secara penuh. Mudahnya lagi, pengaturan seluruh menu juga bisa diakses pengemudi langsung dari touchpad di kedua sisi setir. Seru bukan!
Substitusi Logis Mercedes
Langkah strategis Mercedes melakukan perakitan lokal tentu harus ada timbal balik ke produk yang mereka tawarkan. Keringanan biaya produksi jelas harus bisa bersubstitusi pada hal lebih yang didapatkan konsumen. Harga lebih murah, atau fitur bertambah, bahkan bisa keduanya.
Maka, simak lagi pembuktian teknologi pintar lainnya di E-Class. Fitur Pilot Parking termasuk spesial hadir untuk E-Class berstatus CKD. Sebelumnya saat diimport utuh, fitur parkir otomatis ini dihilangkan untuk pasar Indonesia.
Kemudian, konektivitas tanpa batas terhadap sistem infotainment yang didukung corong suara terbaik dari Burmester (E300) juga bisa diintegrasikan ke smartphone CarPlay dari Apple serta Android Auto dari Google.
Kemampuan berselancar di dunia maya di layar HD pun bisa dengan koneksi hotspot smartphone. Soal isi baterai jangun takut ribet, ada aplikasi nirkabel untuk semua perangkat seluler, dan juga ketersediaan konektor untuk bangku belakang.
Pengaksesan seluruh menu melalui iPad juga jelas memberikan kemudahan bagi penumpang belakang. Pengaturannya bahkan hingga mengganti atau memodifikasi mode berkendara, seperti paket Comfort, Dynamic, Sport, dan Sport+. Perintah ini bahkan bisa dilakukan saat mobil melaju, hingga tak terasa kami sudah kembali ke malamnya Ibu Kota.
Jadi, setimpal atau tidak saat mengeluarkan gocek sebesar Rp 1.129.000.000,- guna meminang E 250 Avantgarde Line, atau Rp 1.329.000.000,- untuk E 300 AMG Line (seluruh harga off the road), dengan seluruh teknologi pintar yang ditawarkan? Semua kami kembalikan ke Anda.
Sebagai perbandingan harga sebelumnya yang berstatus CBU. E 250 Avangarde dijual Rp 1,31 miliar dan E 300 Avangarde Line seharga Rp 1,531 miliar (off the road). (*/dp)
Post A Comment: