Jakarta - Daihatsu Sirion generasi terbaru telah resmi meluncur di Indonesia pada 13 Februari 2018, menggantikan model sebelumnya dari city car hatchback dengan dimensi terbesar pada lini produk Daihatsu. Satu bulan berselang dari peluncuran, kami mendapat kesempatan untuk menguji kualitas berkendara dengan All New Sirion.
PT Astra Daihatsu Motor (ADM) pada hari Kamis, 15 Maret 2018, mengajak sejumlah media untuk menguji performa dan keunggulan Sirion generasi ke-3, sekaligus mengunjungi berbagai destinasi modern dan kekinian di sekitar Jakarta hingga ke Tangerang.
All New Sirion kali ini hadir dengan mengandalkan mesin baru 1.300cc Dual VVT-I seperti yang dipakai Xenia/Avanza 1.3, dengan opsi transmisi manual 5-speed dan otomatis 4-speed. Selain itu, berbagai pembaruan dan penyempurnaan juga dibawa kepada mobil dengan harga Rp 182,5 juta (MT) dan Rp 193,5 juta (AT) ini.
Perjalanan test drive selama satu hari tersebut dimulai dari fasilitas Vehicle Logistic Centre ADM di Kawasan Sunter, Jakarta Utara, menuju destinasi pertama Museum Macan di Jakarta Barat. Di awal rangkaian test drive ini, kami lebih dulu ingin merasakan bagaimana berada di kursi penumpang belakang.
Kami rasakan mesin terasa halus dan nyaris tidak terasa getarannya saat dinyalakan melalui tombol Start/Stop di dashboard. Dimensi Sirion yang lebih lebar dan panjang pun membuat ruang kabin lebih lega, sehingga kami duduk di kursi belakang dimanjakan dengan legroom yang sangat lega untuk ukuran badan setinggi 168 cm.
Dari Sunter ke Museum Macan, perjalanan mengambil rute melewati Jalan Tol Kemayoran – Tol Dalam Kota – Tol Kebun Jeruk. Dengan kondisi perjalanan dalam kecepatan cukup tinggi tersebut, karakter bantingan suspensi dari tempat kami duduk terasa cukup lembut saat melalui permukaan jalan bergelombang, tapi untungnya tidak sampai menimbulkan efek body mengayun kencang.
Rekan kami yang menjadi pengemudi mengatakan bahwa dengan transmisi otomatis, mesin Sirion bertenaga 93 hp dan torsi 119 Nm terasa optimal distribusinya di putaran mesin bawah hingga tengah. Pada putaran menengah sampai atas, dikatakannya butuh waktu lama untuk merespons dan menambah kecepatan.
Dari Museum Macan, perjalanan dilanjutkan ke Kawasan Alam Sutera, Tangerang, di mana perjalanan masih yang relatif sama melalui jalan tol. Setelah istirahat makan siang, kami pun bergantian mengambil alih kemudi mobil yang menguasai penjualan mobil di Malaysia, dengan label Perodua Myvi itu.
Saat giliran kami, panitia menukar semua mobil peserta dari yang tadinya dapat unit bertransmisi manual menjadi otomatis, begitu pun sebaliknya. Alhasil kami menghabiskan perjalanan di Tangerang dan BSD sampai Sunter kembali dengan Sirion manual.
Dengan transmisi manual, respons mesin berkode 1NR-VE terasa lebih mantap untuk dipacu, terutama di putaran bawah. Yang kami sayangkan dari transmisi manual ini adalah bahwa untuk berpindah posisi dari masing-masing gigi, tuas terasa tidak presisi, sehingga cukup menyulitkan untuk berpindah gigi dengan cepat dengan sekali percobaan.
Saat masih mengarungi Kawasan BSD, dalam kecepatan jelajah dalam kota Sirion cukup gesit untuk kondisi stop-and-go, serta penyaluran output dari mesin ke roda cukup halus. Namun, begitu berpindah ke jalan tol dan berakselerasi lebih kencang, kami harus berusaha sedikit keras demi mencapai kecepatan tinggi.
Pada gigi 1-2-3, akselerasi galak masih bisa dinikmati baik untuk menambah kecepatan secara instan, termasuk untuk menyalip. Tapi saat masuk ke teritori gigi 4, khususnya saat sudah melebihi kecepatan 60 km/jam di jalan tol, agak sulit untuk bisa meningkatkan laju walaupun pedal gas sudah diinjak penuh.
Pengendalian cukup mudah dan lincah, terlebih dengan putaran setirnya yang ringan. Melalui tikungan kencang dan panjang di jalan tol, Sirion cukup kokoh dan stabil meski masih ada sedikit gejala body roll, namun yang mengganggu adalah suara terpaan angin dan ban yang masih cukup jelas terdengar ke dalam kabin .
Dibandingkan Sirion generasi sebelumnya, karakter pengendalian model saat ini terasa lebih hidup dan mampu merespons input kemudi dengan cukup cepat. Daihatsu-Perodua memang mengklaim mengembangkan Sirion terbaru untuk menambah nilai kesenangannya dalam hal pengendalian.
Jadi, Sirion telah mengalami peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan generasi pendahulunya, selain melalui dimensi yang lebih lega dan bertambahnya fitur, karakter pengendaliannya pun telah membaik. Harga kurang dari Rp 200 juta untuk sebuah hatchback mungil ini rasanya cukup layak untuk ditebus saat ini.
Seandainya ADM membawa juga varian Sirion/Myvi bermesin 1.500cc, pasti akan semakin menarik terlebih karena banyaknya fitur baru dan canggih yang tidak dimiliki para kompetitor di Indonesia. Khususnya dengan Honda Brio dan Nissan March yang sampai saat ini belum berganti generasi. (*/dp)
Post A Comment: